Bawaslu RI merespon ancaman gerakan anak abah atau para pendukung Anies Baswedan untuk mencoblos semua pasangan calon di Pilkada Jakarta.
Ketua Bawaslu Rahmat Bagja mulanya menganggap itu sebagai ekspresi politik. Namun, di sisi lain Bagja berharap gerakan itu tidak lebih banyak dari partisipasi masyarakat untuk memilih calon pemimpinnya kelak.
“Silakan saja, kalau ekspresi politik silakan saja, tetapi kami berharap akan banyak pemilih yang juga memilih calon kepala daerah. Itu yang kami harapkan,” kata Bagja dalam keterangannya pada Rabu (18/9) seperti dikutip dari Holopis.com.
Bagja pun menyebut, bukannya mendukung pesta Pilkada, para anak abah itu justru bakal merusak pesta demokrasi demi rasa egois mereka semata.
“Kami berharap tidak seperti itu. Itu merusak surat suara, tetapi dihitung, tidak sebagai surat suara rusak. Kami berpendapat, ya terserah warga negara, tetapi (mudah-mudahan) tidak ada gerakan-gerakan untuk hal demikian,” tuntasnya.
Sekadar diketahui bahwa istilah “anak abah” adalah sebutan bagi para pendukung Anies Rasyid Baswedan. Diksi ini muncul sejak Pilpres 2024, di mana saat itu Anies maju sebagai Calon Presiden 2024 yang diusung oleh PKB, PKS dan NasDem.
Sementara itu, Anies Baswedan gagal maju sebagai bakal calon Gubernur Jakarta lagi setelah ditolak oleh PDIP. Di mana saat itu menjelang akhir pengumuman kandidat, Anies Baswedan sudah berkunjung ke kantor DPD PDIP DKI Jakarta, bahkan di hari pengumuman, ia sudah mengenakan kemeja batik merah ke kantor DPP PDIP dan bertemu dengan Rano Karno. Sayangnya, namanya batal diumumkan oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Baru-baru ini, di akhir masa pendaftaran bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur 2024, Anies sempat akan dicalonkan di Pilgub Jabar untuk berduet dengan Ono Surono yang notabane adalah Ketua PDIP Jabar.
Sayangnya di jam-jam terakhir pendaftaran, justru Anies batal maju. Sementara PDIP mencalonkan Jeje Wiradinata dan Ronal Surapradja.